Jumat, 28 Maret 2014

WIRAUSAHA: CIKAL BAKAL KARAKTER BANGSA

Oleh: Meri Amalia Utami (Palembang)
Diikutsertakan dalam Lomba Menulis Artikel
Festival Ekonomi Kreatif Indonesia (FEKSI) Tahun 2011


Sekarang ini banyak masyarakat, terutama pelajar, mempunyai tujuan akhir hanya sebagai pegawai atau karyawan. Yang dilakukan pertama kali biasanya hanya melamar pekerjaan sebagai pegawai atau bawahan orang lain. Dari sanalah perlu adanya pengubahan tentang pola pikir masyarakat serta penanaman mental kewirausahaan pada masyarakat yang hanya mempunyai tujuan akhir untuk menjadi pegawai. Lebih baik menjadi kepala ikan teri dibandingkan menjadi ekor gajah, lebih baik menjadi pemimpin usaha kecil daripada hanya menjadi karyawan sebuah perusahaan besar. Daripada  dipimpin oleh orang lain, lebih baik memimpin orang lain dengan cara membuka usaha sendiri atau lebih dikenal dengan berwirausaha.
Siapa yang tidak tahu dengan kata wirausaha. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya. Sedangkan wirausaha menurut Peter F. Drucker (1959) adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Telah banyak pengusaha yang bisa sukses dengan ketekunan dan ketelatenan yang mereka miliki. Contohnya, Bill Gates yang tidak mempunyai uang, tidak lulus kuliah, bukan anak orang kaya, tapi dia memiliki kemampuan kreatif dan inovatif sehingga mampu membuat Microsoft menjadi perusahaan besar. Dari yang bukan siapa-siapa menjadi orang yang dibutuhkan. Dari yang tidak bisa apa apa menjadi orang yang bisa melakukan banyak hal. Dan dari yang diberi menjadi yang memberi.
Ternyata untuk menjadi seorang pengusaha dibutuhkan sebuah bakat dari diri individu tersebut. Dan ternyata juga setiap orang memiliki bakat untuk berwirausaha. From zero to hero. Pepatah itulah yang tepat untuk mewakili bagaimana kehidupan seorang pengusaha. Mereka memulai usaha mereka dari nol, kemudian dengan karakter diri yang baik, mereka mendapatkan hasil seperti yang mereka inginkan, bahkan dapat menghidupi orang lain. Untuk dapat memulai, mempertahankan, dan mengembangkan usaha yang mereka miliki, para pengusaha dituntut untuk dapat berfikir kreatif dan inovatif terhadap hasil produksi mereka. 

Tahap Kewirausahaan
1)   Tahap memulai : niat dan persiapan untuk melakukan usaha, melihat usaha, melihat peluang usaha baru, memilih jenis usaha yang akan dilakukan.
2)   Tahap melaksanakan : mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
3)   Tahap mempertahankan usaha : melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
4)   Tahap mengembangkan usaha : jika hasil yang diperoleh mengalami perkembangan, perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
Bercermin pada negara-negara maju didunia, seperti di Negara Swiss yang mampu menanamkan mental wirausaha pada masyarakatnya. Negara Swiss mulai mengembangkan dan memasarkan coklat sebagai makanan ringan. Sehingga coklat yang tadinya hanya sebagai minuman kemudian berkembang menjadi makanan ringan yang dapat mencair di lidah. Swiss juga menjadi terkenal sebagai negara pembuat coklat terbaik padahal Swiss tidak memiliki perkebunan coklat. Disinilah ditemukan konsep kewirausahaan yang telah ditanamkan pada masyarakat Swiss sehingga mampu memunculkan ide-ide kreatif yang kemudian dapat memajukan negara mereka. 
Berbicara tentang wirausaha, erat kaitannya dengan karakter diri. Individu yang memiliki karakter diri yang baik, akan bisa menjadi pelaku usaha yang sukses. Tersimpan makna tersembunyi yang merupakan kepanjangan dari kata kewirausahaan yaitu: Kreatif, Energik, Wawasan luas, Inovatif, Rencana bisnis, Antusias, Ulet, Supel, Agresif, Hemat, Asa, Ambisius, dan Negosiatif. Semua karakter tersebut harus dimiliki oleh pelaku wirausaha.Jika setiap individu sudah memiliki karakter-karakter tersebut, ditambah lagi dengan sikap kedisplinan, kejujuran, keoptimisan dan kerja keras, bukan tidak mungkin kesuksesan akan hadir dalam kehidupan individu itu.
Lalu, bagaimana sistem pembelajaran di sekolah yang telah terlaksana hingga sekarang supaya pelajar tidak hanya menjadi pintar, tetapi juga menjadi pelajar yang mempunyai karakter? Ternyata sistem pembelajaran di sekolah sekarang tidak sepenuhnya dapat mendukung character building yang sekarang sedang gencar –gencarnya dibicarakan.
Contohnya, pelajaran agama dan kewarganegaraan hanya sekedar penjelasan teori saja. Pengamalan yang nyata dalam kehidupan sehari hari masih sangat minim. Buktinya, masih ada saja pelajar yang bersikap tidak jujur, tidak bertanggung jawab terhadap tugasnya dan sebagainya. Kesan ini diperkuat dengan cara penyelenggaraan Ujian Nasional. Hanya ada beberapa mata pelajaran tertentu yang diujikan. Lalu, bagaimana dengan pendidikan karakter? Sayangnya, pendidikan karakter tidak termasuk diantaranya. Padahal, pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting juga, bukan?
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi daripada pendidikan moral karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang yang baik sehingga pelajar menjadi paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik.
Pendidikan karakter sangatlah berperan dalam memajukan bangsa Indonesia. Melalui pendidikan karakter, pelajar –yang merupakan generasi penerus bangsa- dapat memiliki sikap kreatif, inovatif, jujur, bertanggung jawab, disiplin, dan sebagainya. Karakter-karakter itulah yang diperlukan agar pelaku wirausaha dapat sukses menjalankan usahanya. Jika setiap pelaku usaha sukses menjalankan usahanya, secara langsung dapat mendukung jalannya ekonomi kreatif di Indonesia.


Ekonomi Kreatif, Apakah itu?
Dalam teorinya, Alvin Toffler (1980) melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi ke dalam tiga gelombang yaitu, gelombang ekonomi pertanian, gelombang ekonomi industri, dan gelombang ekonomi informasi. Kemudian seiring berkembangnya zaman, muncullah sebuah gelombang baru, yaitu ekonomi kreatif sebagai alternatif pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi ekonomi utama dalam kegiatan ekonominya karena ide merupakan barang ekonomi yang sangat penting. Penemuan ide-ide barulah yang membuat ekonomi tetap tumbuh dan berkembang.
Industri ekonomi kreatif memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan terhadap PDB, penciptaan lapangan kerja, peningkatan ekspor, penciptaan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas bangsa, berbasis pada sumberdaya yang terbarukan, menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa, dan memberikan dampak sosial yang positif.
Salah satu subsektor ekonomi kreatif adalah desain grafis. Desain grafis dapat berkolaborasi dengan subsektor lainnya seperti subsektor percetakan. Saat ini sebagian pelajar sering merasa bosan dalam belajar, maka dari itu diperlukan sebuah gebrakan baru agar para pelajar dapat lebih bersemangat dalam belajar. “Kutip” singkatan dari Buku Kreatif Pelajar, adalah buku tulis dengan cover berupa tulisan-tulisan lucu khas daerah seperti “Jangan galak besak kelakar”, pantun, “Tek-One” yang merupakan parodi dari “Tv One”, atau bahkan komik singkat dimana tokoh-tokohnya berasal dari Indonesia seperti Gatot Kaca, Unyil, Pak Raden, Srikandi dan sebagainya merupakan suatu ide kreatif yang tidak hanya dapat membangkitkan kembali semangat pelajar, namun juga dapat menanamkan sikap cinta tanah air. Jika peraturan beberapa sekolah mengharuskan pelajar untuk menyampul buku tulis, maka ide ini dapat disiasati dengan membuat desain tersebut dalam bentuk sampul buku. Pembelian buku tulis maupun sampul buku tulis selalu mengalami peningkatan setiap awal tahun ajaran baru, membuktikan bahwa ini merupakan suatu usaha yang sangat menjanjikan bagi pengusaha. Usaha ini juga dapat dilakukan oleh para pelajar itu sendiri dengan mengikuti tahap-tahap wirausaha yang baik. Dengan adanya desain grafis yang menarik, didukung dengan pewarnaan yang baik, maka yakinlah bahwa buku ini akan banyak diminati oleh para pelajar dan laku apabila dijadikan suatu produk usaha.
“Walaupun prioritas utama kita sebagai pelajar adalah belajar, namun tidak ada salahnya pelajar mulai untuk berwirausaha sejak dini. Selain memanfaatkan kreatifitas yang kita miliki dan menyalurkan kegemaran serta bakat, kita juga dapat ikut membantu perekonomian kita sendiri, keluarga, dan negara. Tinggal bagaimana caranya membagi waktu antara belajar dan berwirausaha. Yah bisa dikatakan sambil menyelam minum air. Disinilah diperlukan karakter diri yang baik dalam diri pelajar.”, ujar salah satu pelajar SMA Negeri 6 Palembang, Ketut Yogiswara.
Kreatifitas merupakan salah satu konsep dasar dari ekonomi kreatif. Untuk menciptakan suatu kreativitas diperlukan suatu modal khusus dari manusia yang membuat kreativitas itu sendiri, yaitu otak mereka. Kreativitas dikembangkan melalui otak kanan. Otak kanan bertanggungjawab dalam hal imajinasi, kreativitas, seni, musik, inovasi, daya cipta, intuisi, otak bawah sadar, keikhlasan, kebahagiaan, spirit, keuletan, kejujuran, keindahan dan lain-lain. Sekarang ini, pendidikan di Indonesia hanya menekankan pada pembelajaran otak kiri.
            Banyak praktik pembelajaran di sekolah yang dianggap sebagai creative killer. Menurut Howard Garner, sistem pendidikan yang salah dapat membunuh kreativitas anak-anak sehingga hanya tinggal 10% dari potensinya ketika usia 8 tahun. Ketika salah didik ini berlangsung sampai pada usia 12 tahun, potensi kreativitasnya menurun hingga hanya 2%. Itu berarti, masa-masa anak ketika sekolah tingkat SD merupakan masa-masa untuk mengembangkan potensi kreativitas manusia. Pertumbuhan kreativitas pada otak 95% terjadi pada anak dibawah umur 12 tahun. Maka dari itu, masa-masa inilah harus menjadi titik perhatian utama untuk mengembangkan kreativitas seorang manusia. Jadi, untuk dapat mendukung kemajuan ekonomi kreatif di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan otak kanan dan otak kiri (terutama pada anak dibawah umur 12 tahun) harus dapat diseimbangkan sehingga kelak akan memunculkan insan-insan yang lebih kreatif dan inovatif.
Kegiatan wirausaha dirasa paling tepat untuk mendukung konsep ekonomi kreatif, yaitu ide kreatif sebagai modal utama. Oleh karena pertumbuhan kreativitas pada otak 95% terjadi pada anak dibawah umur 12 tahun, itu berarti kreativitas seharusnya tidak hanya dikembangkan, tetapi juga dituangkan dalam bentuk nyata, salah satunya dengan kegiatan wirausaha.
Jika setiap masyarakat Indonesia telah memiliki karakter diri yang baik, salah satunya dengan berani berpikir kreatif untuk memulai berwirausaha, kemudian usaha yang mereka bangun dapat meraih kesuksesan maka akan dapat mendukung ekonomi kreatif di Indonesia. Dengan majunya sektor ekonomi kreatif di Indonesia, secara tidak langsung dapat membuktikan bahwa masyarakat dalam negara tersebut telah memiliki karakter individu yang baik, karena dapat berfikir kreatif menciptakan sebuah usaha, disiplin, jujur, kerja keras, dan sebagainya. Maka dari itu, akan terciptalah sebuah karakter bangsa. Jadi, terbukti kaitan antara karakter individu untuk menggapai kesuksesan wirausaha dalam sektor ekonomi kreatif dalam membangun karakter bangsa sangatlah erat.
Agar ekonomi kreatif ini tidak hanya menjadi wacana belaka, diperlukan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat yang sinergi. Jika hal ini sudah dapat dilakukan, bukan tidak mungkin sektor ekonomi kreatif akan menjadi salah satu sektor andalan di Indonesia. Dream, believe and do it!


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2008. Jay : Monyet Aja Bisa Cari Duit !. Bekasi:de britz
Suparyanto.2005. Petunjuk Untuk Memulai Berwirausaha. Bandung:Alfabeta

Afien, Liena. 2011. Asal-usul Coklat. (http://www.lienaaifen.com/umum/asal-usul-coklat/, diakses tanggal 13 November 2011)
Festival Ekonomi Kreatif. 2010. (http://feksi.wordpress.com/, diakses tanggal 9 November 2011)
Hermana, Firman. 2009. Tahun Indonesia Kreatif dan Sumber Daya Manusia Berkarakter. (http://ekonomi-kreatif.blogspot.com/, diakses tanggal 13 November 2011)
Indonesia Kreatif. 2010. Definisi Ekonomi Kreatif. (http://www.indonesiakreatif.net/index.php/id/page/read/definisi-ekonomi-kreatif, diakses tanggal 9 November 2011)
Syam, Ade. 2010. Proses Kewirausahaan. (http://adesyams.blogspot.com/2009/06/proses-kewirausahaan.html, diakses tanggal 10 November 2011)