Oleh:
Meri Amalia Utami (Palembang)
Diikutsertakan dalam Lomba Menulis Artikel
Festival Ekonomi Kreatif Indonesia (FEKSI) Tahun 2011
Festival Ekonomi Kreatif Indonesia (FEKSI) Tahun 2011
Sekarang ini
banyak masyarakat, terutama pelajar, mempunyai tujuan akhir hanya sebagai
pegawai atau karyawan. Yang dilakukan pertama kali biasanya hanya melamar
pekerjaan sebagai pegawai atau bawahan orang lain. Dari sanalah perlu adanya
pengubahan tentang pola pikir masyarakat serta penanaman mental kewirausahaan
pada masyarakat yang hanya mempunyai tujuan akhir untuk menjadi pegawai. Lebih
baik menjadi kepala ikan teri dibandingkan menjadi ekor gajah, lebih baik
menjadi pemimpin usaha kecil daripada hanya menjadi karyawan sebuah perusahaan
besar. Daripada dipimpin oleh orang
lain, lebih baik memimpin orang lain dengan cara membuka usaha sendiri atau
lebih dikenal dengan berwirausaha.
Siapa yang
tidak tahu dengan kata wirausaha. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru,
mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya. Sedangkan wirausaha menurut
Peter F. Drucker (1959) adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda.
Telah banyak
pengusaha yang bisa sukses dengan ketekunan dan ketelatenan yang mereka miliki.
Contohnya, Bill Gates yang tidak mempunyai uang, tidak lulus kuliah, bukan anak
orang kaya, tapi dia memiliki kemampuan kreatif dan inovatif sehingga mampu
membuat Microsoft menjadi perusahaan
besar. Dari yang bukan siapa-siapa menjadi orang yang dibutuhkan. Dari yang
tidak bisa apa apa menjadi orang yang bisa melakukan banyak hal. Dan dari yang
diberi menjadi yang memberi.
Ternyata untuk
menjadi seorang pengusaha dibutuhkan sebuah bakat dari diri individu tersebut.
Dan ternyata juga setiap orang memiliki bakat untuk berwirausaha. From zero to hero. Pepatah itulah yang
tepat untuk mewakili bagaimana kehidupan seorang pengusaha. Mereka memulai
usaha mereka dari nol, kemudian dengan karakter diri yang baik, mereka
mendapatkan hasil seperti yang mereka inginkan, bahkan dapat menghidupi orang
lain. Untuk dapat memulai, mempertahankan, dan mengembangkan usaha yang mereka
miliki, para pengusaha dituntut untuk dapat berfikir kreatif dan inovatif terhadap
hasil produksi mereka.
Tahap
Kewirausahaan
1)
Tahap memulai : niat dan persiapan
untuk melakukan usaha, melihat usaha, melihat peluang usaha baru, memilih jenis
usaha yang akan dilakukan.
2)
Tahap melaksanakan : mengelola berbagai
aspek yang terkait dengan usahanya yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan
mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
3)
Tahap mempertahankan usaha : melakukan
analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi
yang dihadapi.
4)
Tahap mengembangkan usaha : jika hasil
yang diperoleh mengalami perkembangan, perluasan usaha menjadi salah satu
pilihan yang mungkin diambil.
Bercermin pada negara-negara
maju didunia, seperti di Negara Swiss yang mampu menanamkan mental wirausaha
pada masyarakatnya. Negara Swiss mulai mengembangkan dan memasarkan coklat
sebagai makanan ringan. Sehingga coklat yang tadinya hanya sebagai minuman
kemudian berkembang menjadi makanan ringan yang dapat mencair di lidah. Swiss
juga menjadi terkenal sebagai negara pembuat coklat terbaik padahal Swiss tidak
memiliki perkebunan coklat. Disinilah ditemukan konsep kewirausahaan yang telah
ditanamkan pada masyarakat Swiss sehingga mampu memunculkan ide-ide kreatif
yang kemudian dapat memajukan negara mereka.
Berbicara tentang wirausaha,
erat kaitannya dengan karakter diri. Individu yang memiliki karakter diri yang
baik, akan bisa menjadi pelaku usaha yang sukses. Tersimpan makna tersembunyi yang
merupakan kepanjangan dari kata kewirausahaan yaitu: Kreatif, Energik, Wawasan
luas, Inovatif, Rencana bisnis, Antusias, Ulet, Supel, Agresif, Hemat, Asa,
Ambisius, dan Negosiatif. Semua karakter tersebut harus dimiliki oleh pelaku
wirausaha.Jika setiap individu sudah memiliki karakter-karakter tersebut,
ditambah lagi dengan sikap kedisplinan, kejujuran, keoptimisan dan kerja keras,
bukan tidak mungkin kesuksesan akan hadir dalam kehidupan individu itu.
Lalu, bagaimana sistem
pembelajaran di sekolah yang telah terlaksana hingga sekarang supaya pelajar tidak
hanya menjadi pintar, tetapi juga menjadi pelajar yang mempunyai karakter?
Ternyata sistem pembelajaran di sekolah sekarang tidak sepenuhnya dapat
mendukung character building yang
sekarang sedang gencar –gencarnya dibicarakan.
Contohnya, pelajaran agama dan
kewarganegaraan hanya sekedar penjelasan teori saja. Pengamalan yang nyata
dalam kehidupan sehari hari masih sangat minim. Buktinya, masih ada saja
pelajar yang bersikap tidak jujur, tidak bertanggung jawab terhadap tugasnya dan
sebagainya. Kesan ini diperkuat dengan cara penyelenggaraan Ujian Nasional.
Hanya ada beberapa mata pelajaran tertentu yang diujikan. Lalu, bagaimana
dengan pendidikan karakter? Sayangnya, pendidikan karakter tidak termasuk
diantaranya. Padahal, pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting
juga, bukan?
Pendidikan karakter memiliki
makna lebih tinggi daripada pendidikan moral karena bukan sekedar mengajarkan
mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter
menanamkan kebiasaan tentang yang baik sehingga pelajar menjadi paham,
mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik.
Pendidikan karakter sangatlah
berperan dalam memajukan bangsa Indonesia. Melalui pendidikan karakter, pelajar
–yang merupakan generasi penerus bangsa- dapat memiliki sikap kreatif,
inovatif, jujur, bertanggung jawab, disiplin, dan sebagainya. Karakter-karakter
itulah yang diperlukan agar pelaku wirausaha dapat sukses menjalankan usahanya.
Jika setiap pelaku usaha sukses menjalankan usahanya, secara langsung dapat
mendukung jalannya ekonomi kreatif di Indonesia.
Ekonomi Kreatif, Apakah itu?
Dalam
teorinya, Alvin Toffler
(1980) melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi ke dalam tiga gelombang
yaitu, gelombang ekonomi pertanian, gelombang ekonomi industri, dan gelombang
ekonomi informasi. Kemudian seiring berkembangnya zaman, muncullah sebuah
gelombang baru, yaitu ekonomi kreatif sebagai alternatif pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi ekonomi utama dalam kegiatan ekonominya karena ide merupakan barang ekonomi yang sangat penting. Penemuan ide-ide barulah yang membuat ekonomi tetap tumbuh dan berkembang.
Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi ekonomi utama dalam kegiatan ekonominya karena ide merupakan barang ekonomi yang sangat penting. Penemuan ide-ide barulah yang membuat ekonomi tetap tumbuh dan berkembang.
Industri
ekonomi kreatif memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan terhadap PDB,
penciptaan lapangan kerja, peningkatan ekspor, penciptaan iklim bisnis yang
positif, membangun citra dan identitas bangsa, berbasis pada sumberdaya yang
terbarukan, menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan
kompetitif suatu bangsa, dan memberikan dampak sosial yang positif.
Salah satu subsektor ekonomi
kreatif adalah desain grafis. Desain grafis dapat berkolaborasi dengan
subsektor lainnya seperti subsektor percetakan. Saat ini sebagian pelajar
sering merasa bosan dalam belajar, maka dari itu diperlukan sebuah gebrakan
baru agar para pelajar dapat lebih bersemangat dalam belajar. “Kutip” singkatan
dari Buku Kreatif Pelajar, adalah buku tulis dengan cover berupa
tulisan-tulisan lucu khas daerah seperti “Jangan galak besak kelakar”, pantun,
“Tek-One” yang merupakan parodi dari “Tv One”, atau bahkan komik singkat dimana
tokoh-tokohnya berasal dari Indonesia seperti Gatot Kaca, Unyil, Pak Raden,
Srikandi dan sebagainya merupakan suatu ide kreatif yang tidak hanya dapat
membangkitkan kembali semangat pelajar, namun juga dapat menanamkan sikap cinta
tanah air. Jika peraturan beberapa sekolah mengharuskan pelajar untuk menyampul
buku tulis, maka ide ini dapat disiasati dengan membuat desain tersebut dalam
bentuk sampul buku. Pembelian buku tulis maupun sampul buku tulis selalu mengalami
peningkatan setiap awal tahun ajaran baru, membuktikan bahwa ini merupakan
suatu usaha yang sangat menjanjikan bagi pengusaha. Usaha ini juga dapat
dilakukan oleh para pelajar itu sendiri dengan mengikuti tahap-tahap wirausaha
yang baik. Dengan adanya desain grafis yang menarik, didukung dengan pewarnaan
yang baik, maka yakinlah bahwa buku ini akan banyak diminati oleh para pelajar
dan laku apabila dijadikan suatu produk usaha.
“Walaupun
prioritas utama kita sebagai pelajar adalah belajar, namun tidak ada salahnya
pelajar mulai untuk berwirausaha sejak dini. Selain memanfaatkan kreatifitas
yang kita miliki dan menyalurkan kegemaran serta bakat, kita juga dapat ikut
membantu perekonomian kita sendiri, keluarga, dan negara. Tinggal bagaimana
caranya membagi waktu antara belajar dan berwirausaha. Yah bisa dikatakan
sambil menyelam minum air. Disinilah diperlukan karakter diri yang baik dalam
diri pelajar.”, ujar salah satu pelajar SMA Negeri 6 Palembang, Ketut
Yogiswara.
Kreatifitas
merupakan salah satu konsep dasar dari ekonomi kreatif. Untuk menciptakan suatu
kreativitas diperlukan suatu modal khusus dari manusia yang membuat kreativitas
itu sendiri, yaitu otak mereka. Kreativitas dikembangkan melalui otak kanan. Otak kanan bertanggungjawab dalam hal imajinasi,
kreativitas, seni, musik, inovasi, daya cipta, intuisi, otak bawah sadar,
keikhlasan, kebahagiaan, spirit, keuletan, kejujuran, keindahan dan lain-lain. Sekarang ini, pendidikan di Indonesia hanya menekankan pada
pembelajaran otak kiri.
Banyak
praktik pembelajaran di sekolah yang dianggap sebagai creative killer. Menurut Howard Garner, sistem pendidikan yang
salah dapat membunuh kreativitas anak-anak sehingga hanya tinggal 10% dari
potensinya ketika usia 8 tahun. Ketika salah didik ini berlangsung sampai pada
usia 12 tahun, potensi kreativitasnya menurun hingga hanya 2%. Itu berarti,
masa-masa anak ketika sekolah tingkat SD merupakan masa-masa
untuk mengembangkan potensi kreativitas manusia. Pertumbuhan kreativitas pada otak 95%
terjadi pada anak dibawah umur 12 tahun. Maka dari itu, masa-masa inilah harus
menjadi titik perhatian utama untuk mengembangkan kreativitas seorang manusia.
Jadi, untuk dapat mendukung kemajuan ekonomi kreatif di Indonesia, pertumbuhan
dan perkembangan otak kanan dan otak kiri (terutama pada anak dibawah umur 12
tahun) harus dapat diseimbangkan sehingga kelak akan memunculkan insan-insan
yang lebih kreatif dan inovatif.
Kegiatan wirausaha dirasa paling
tepat untuk mendukung konsep ekonomi kreatif, yaitu ide kreatif sebagai modal
utama. Oleh karena pertumbuhan kreativitas pada otak 95% terjadi pada anak dibawah umur 12
tahun, itu berarti kreativitas seharusnya tidak hanya dikembangkan, tetapi juga
dituangkan dalam bentuk nyata, salah satunya dengan kegiatan wirausaha.
Jika setiap masyarakat Indonesia telah
memiliki karakter diri yang baik, salah satunya dengan berani berpikir kreatif
untuk memulai berwirausaha, kemudian usaha yang mereka bangun dapat meraih
kesuksesan maka akan dapat mendukung ekonomi kreatif di Indonesia. Dengan
majunya sektor ekonomi kreatif di Indonesia, secara tidak langsung dapat
membuktikan bahwa masyarakat dalam negara tersebut telah memiliki karakter
individu yang baik, karena dapat berfikir kreatif menciptakan sebuah usaha,
disiplin, jujur, kerja keras, dan sebagainya. Maka dari itu, akan terciptalah
sebuah karakter bangsa. Jadi, terbukti kaitan antara karakter individu untuk
menggapai kesuksesan wirausaha dalam sektor ekonomi kreatif dalam membangun
karakter bangsa sangatlah erat.
Agar ekonomi kreatif ini tidak hanya menjadi
wacana belaka, diperlukan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat yang
sinergi. Jika hal ini sudah dapat dilakukan, bukan tidak mungkin sektor ekonomi
kreatif akan menjadi salah satu sektor andalan di Indonesia. Dream, believe and do it!
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal.
2008. Jay : Monyet Aja Bisa Cari Duit !.
Bekasi:de britz
Suparyanto.2005.
Petunjuk Untuk Memulai Berwirausaha.
Bandung:Alfabeta
Afien,
Liena. 2011. Asal-usul Coklat. (http://www.lienaaifen.com/umum/asal-usul-coklat/,
diakses tanggal 13 November 2011)
Festival
Ekonomi Kreatif. 2010. (http://feksi.wordpress.com/, diakses tanggal 9 November
2011)
Hermana,
Firman. 2009. Tahun Indonesia Kreatif dan Sumber Daya Manusia Berkarakter. (http://ekonomi-kreatif.blogspot.com/,
diakses tanggal 13 November 2011)
Indonesia
Kreatif. 2010. Definisi Ekonomi Kreatif. (http://www.indonesiakreatif.net/index.php/id/page/read/definisi-ekonomi-kreatif,
diakses tanggal 9 November 2011)
Syam, Ade. 2010. Proses
Kewirausahaan. (http://adesyams.blogspot.com/2009/06/proses-kewirausahaan.html, diakses tanggal 10 November 2011)